Sunday, 9 January 2011

Angel and demon’s


Angel and demon’s


Dia sosok yang terindah bertubuh yang gagah, kekar dan berwibawa. Fisiknya begitu menawan menggugah mata untuk tak berkedip, membahasahi dahaga ketika memikirkannya. Sungguh dia yang terindah itulah dia pria yang aku kira sebagai angel.
            Menjadi biru dan darah diatas kulitku bukanlah hal yang baru bagiku, sudah menjadi hal yang wajar jika kami bertengkah tanda cinta ini mejadi tanda sakit yang aku terima, meskipun aku ingin sekali menjerit namun tak pernah kuasa untuk melakukannya seolah bayangan cinta dan sosok dia yang aku damba seolah hidup dalam jiwa yang tak ingin lepas. Tendang, tanpar, hinaan adalah kado didalam hubungan kami berdua. Pernah satu ketika “dia” menyiletku dengan kaca hanya karena hanya menolak untuk melakukan oral seks sebab waktu itu saya sedang mengalami sariawan, meskipun demikian dia tak pernah  mau menerima alasanku dan tak pernah tau bagaimana kondisiku saat itu. Terbesit didalam hati untuk melakukan “anjink apa-apan ni orang sumpah yaaa kalo aku sanggup pengen banget aku remes penisnya” hanya sekedar bualan yang menggema didalam hati namun tak kunjung keluar sepatah katapun.
            2 bulan masa kita pacaran selama itu pula tubuhku terhias oleh hadiah dari sebuah percintaan yang kami bangun, aku lemah dan menunduk seolah pasrah diantara pilar-pilar cinta yang aku harapkan tampak begitu bodoh dengan rayuan maaf dan air mata yang terus dia tawarkan terhadapku, tak kuasa rasanya melihat itu semua bukannkah cinta itu ketulusan, bukankah cinta itu kenyamanan. 2 bulan kami bersama membuat kepalaku terasa pecah dan ingin mengakhiri semua ini CUKUP SUDAH aku berkata aku harus bisa keluar dengan rayuan dan kebodohan ini. Tepat tanggal 10 bulan agustus 2008 aku memberanikan diri untuk memberontak, meskipun aku merasa tidak mampu namun hatiku berkata HARUS lihat dirimu sekarang, ketika itu aku diajak bermalam dirumahnya saat itulah aku seolah menjadi orang yang pucat ketakutan kebingungan mecari akal, akhirnya aku memutuskan untuk menolak melakukan hubungan seksual namun apa yang aku dapat sebuah sayatan pisau kue menggores tangan kananku dan masih membekas hingga sekarang, aku tidak diam saja aku memberontak dan kabur memanjat pagar setinggi 2 meter dan lari terlunta-lunta mencari taxi. Setiba dikost aku langsung berkemas untuk pindah kost dan langsung mengganti no hp ku, 4 bulan ku bersembunyi dari dia hingga akhirnya aku merasa aman. Meskipun aku aman namun aku mendengar bahwa sekarang dia telah memiliki kekasih yang baru dan aku hanya bisa berdoa “tuhan meski aku tidak beragama aku percaya kamu ada lindungilah mereka yang dekat dengan dia” meskipun demikian sampai sekarang tetap saja aku merasa ketakutan.
           

No comments:

Post a Comment